Setetes Anggur....
21.44 | Author:
Sore itu begitu indah. Musim hujan meninggalkan bekas semilir sejuk bumi, meniup manja melalui jendela kamar yang terbuka setengah. Sungguh menggelikan, romantis dan juga seksi, seperti tiupan manja pacar saat membisikan ucap sayang di daun telinga kita.

Adam membalikan tubuhnya, dan disampingnya, indah tubuh seorang perempuan damai terlelap menikmati nyaman udara sore itu. Dialah Maria, kekasihnya yang begitu dia sayangi. Perlahan dan dengan penuh rasa sayang yang serasa memenuhi seluruh hatinya, dengan pandangan sayu matanya menyusuri tubuh kekasihnya itu dari raut wajahnya yang ayu, hingga ke sepasang kaki kurus yang indah. Sungguh cantik. Tak ada anugerah yang lebih indah dari seorang Maria. Lalu dengan hati yang seolah akan meledak oleh cinta, dia merapatkan tubuhnya ke tubuh Maria dan memeluknya erat sekali. Tubuh Maria hanya berbalut selembar gaun tidur yang teramat tipis, lalu secuil celana dalam dan bra. Kulit putih lembutnya sungguh menawan. Dengan sepasang buah dada yang kecil tapi lembut, membuat tubuh kekasihnya bagai bidadari surga yang ada dalam cerita Pak Ustad semasa kecilnya. Sementara dirinya sendiri telanjang dada dengan hanya mengenakan celana pendek di atas lutut. Saat kulit dan tubuh mereka menyatu, yang ada adalah perasaan yang sama sekali tak terjelaskan. Antara mata yang berat oleh air mata yang tertahan, dan hasrat sensual yang mengalir di tiap pembuluh darah. Antara rasa bahagia yang seakan meledakan jantung dari dalam, dengan ketegangan sensual yang memuncak mereda. Antara haru dan nafsu. Surga dunia, mungkin itulah satu-satunya frasa yang cocok untuk menggambarkannya.
Sekecap kecup sayang dia tempelkan di bahu kekasihnya yang mungil itu, dengan sangat khusyuk, seperti khusyuknya kecupan pasrah sujud Shalat Malam. I Love You Maria. Segurat senyum tipis melengkung indah di bibir tipis Maria. Dalam damai lelapnya, dia bisa merasakan kekasihnya sedang memeluknya penuh rasa cinta.

Wangi aroma tanah di musim hujan menyeruak indah perlahan menyelinap ke dalam kamar berukuran 3x3 m itu. Rupanya gerimis turun lagi. Sungguh tak ada yang bisa dipikirkan oleh Adam saat itu. Semakin dia tenggelam dalam perasaan cintanya, semakin dunia ini terasa begitu menghanyutkan baginya. Adam tak mampu menahan gejolak hatinya lagi. Perlahan dia tidak mampu lagi membendung serpihan-serpihan indah dari matanya yang berkaca-kaca. Dia tidak sanggup menahan semuanya. Dia tidak tahu apa maksud Tuhan sebenarnya. Kenapa Maria? Kenapa kamu harus mengatakan semuanya? Kamu tahu, kamu adalah segalanya bagiku. Tak ada yang lebih aku butuhkan selain kamu saat ini. Tetapi kenapa kamu harus menjelaskan semuanya. Semua cerita jujur kamu, mengalir dan seperti anggur yang mencampuri nikmatnya susu cinta kita. Kenapa? Kenapa Tuhan? Apa maksud semua ini?

Masih terngiang dengan sangat jelas semua perkataan kekasihnya Maria seminggu yang lalu. Saat itu, di tempat yang sama, di ranjang yang sama yang sedang di pakai mereka berdua saat ini, Maria menjelaskan semuanya. Sebuah kejutan. Sebuah malapetaka. Dan mungkin sebuah misteri yang teramat besar, yang semakin memancing emosi pernasaran Adam akan Tuhan. Tuhan Sang Pemberi Kasih.

"Adam, kita sudah menjalani hubungan ini hampir 3 tahun. Ada sesuatu yang dari awal sebenarnya udah sangat membebani diriku. Dan aku harus mengatakannya padamu Adam. Dan aku rasa, saat ini sudah tepat" Kata Maria sambil menyandarkan kepalanya di pangkuan Adam. Wangi lembut dari rambut hitam panjang lembut miliknya sepintas menyadarkan Adam, betapa selalu terpesonanya dia dengan kekasihnya itu.
"Ya sayang, katakan saja semuanya, aku akan mendengarnya dengan sepenuh hati" Timpal Adam sambil membelai rambut kekasihnya itu dengan penuh rasa sayang yang membuncah dan hampir meledakan jantung hatinya.
"Tapi kamu janji ya sayang, kamu harus tetap mencintai aku!" Pinta Maria sambil memalingkan wajahnya dan memandang mata Adam lekat dan penuh iba.
"Iya sayang, apa sich yang bisa mengalihkan rasa cintaku sama kamu?" Adam menimpali sambil membalas tatapan kekasihnya itu dengan senyuman dan kecupan di tangan.
"Sebenarnya, aku.." Tiba-tiba tenggorokan Maria seperti terasa tercekik, dia nampak kesulitan untuk mengeluarkannya. Lalu dia melanjutkan "Sebenarnya Adam, aku.. aku mau mengakui sesuatu. Ini tentang aku. Sebenarnya, aku itu sudah tidak virgin lagi...." Kelihatan sekali Maria begitu sulit mengeluarkannya.
"aa.. apa sayang? Kamu, kkk kamu, udah nggak virgin" Mendadak rasa bingung dan tidak percaya begitu sakit menusuk ke pusat jantung hari Adam.
"Iya..."
"Tapi, bagaimana bisa? Sayang, kamu pasti bercanda.."
"Iya sayang, aku serius. Aku udah nggak virgin lagi. Itu terjadi dengan dua mantan aku sebelumnya. Aku nggak tau kenapa waktu itu aku mau melakukannya, tapi aku menyesal"
"................" Adam hanya terpaku. Dunia sekitar terasa gelap sekarang baginya. Dadanya terasa akan meledak. Harga dirinya sebagai lelaki, kepercayaannya tentang nilai-nilai susila yang didapat dari buku-buku agama, dan rasa cintanya seakan tercampur teraduk seperti buah-buahan yang masuk dalam blender : lebur menjadi satu tanpa bentuk.

Sejak saat itu Adam tidak tau lagi mengapa dan untuk apa dia mencintai Maria kekasihnya itu. Baginya, Maria adalah seorang peri, malaikat, yang begitu sempurna baginya. Maria itu begitu baik, ramah, dewasa, dan begitu cerdiknya menciptakan suasana-suasana manja yang membuatnya hanyut mabuk oleh percintaan. Maria tidak pernah menuntut banyak hal selama mereka berpacaran. Dan pengakuan Maria itu, seperti sebuah daging busuk yang begitu saja dicampurkan ke dalam sup cinta yang amat nikmat milik mereka berdua. Pengakuan Maria itu, bagai seonggok kotoran bau yang tiba-tiba dicemplungkan ke dalam bak mandi cinta yang penuh dengan air kasih yang suci dan jernih. Dia masih tidak percaya. Dan semenjak itu juga Adam merasa begitu kosong. Jalinan kasihnya selama hampir 3 tahun dengan Maria. Bagaimana dia sangat menyayangi Maria. Bagaimana dia sangat bahagia bila kekasihnya itu menyandarkan tubuh kurusnya di dekapannya. Dan bagaimana cumbuan-cumbuan mesra yang agak nakal yang sering mereka lakukan di dalam kamar kotst Adam. Semuanya tiba-tiba muncul, dan seperti di tabrakan dengan keras dengan pengakuan Maria itu. Hancur berkeping-keping. Maria, sudah tidak virgin. Dan dia sudah melakukannya dengan dua orang lelaki. Kesucian itu. Keindahan itu, telah terenggut. Semuanya begitu mengganggu dan mencengkeram pikirannya dengan menakutkan layaknya film horor.

Maria, aku sangat menyayangimu. Sekali lagi, air mata yang keluar dari sepasang mata seorang lelaki meleleh syahdu. Seperti tetes mata air kecil di bebatuan alam di musim hujan. Adam kosong. Dia teramat sayang pada kekasihnya Maria, dan dia tidak pernah rela kekasihnya itu pergi dari pelukan cintanya. Tapi kenyataan itu, pengakuan itu telah memusnahkan semua cahaya logika di kepalanya. Adam limbung, limbung selimbung limbungnya. Sebagai seorang Jawa tulen, dengan latar ajaran Islam, yang walau sudah jarang dia taati, masih sangat kuat mencengkeram kekuatan bawah sadar pemikiran Adam. Kesucian, keperawanan, virginitas, adalah mutlak bagi seorang perempuan. Bahkan, saat gaya berpacaran dia dengan Maria, yang mungkin hampir bisa disebut kumpul kebo oleh orang Jawa, tidak mengusik sedikit pun keyakinan bawah sadar pikirannya bahwa perempuan haruslah perawan sebelum menikah.

Mengenai gaya berpacarannya itu, dia selalu berdalih dalam hatinya, walau dia sangat sering membawa Maria menginap satu ranjang di kamar kostnya, dia merasa mampu menjaga hasratnya sendiri untuk melakukan yang "itu". Dia sering dengan bangganya memuji diri sendiri dalam hati, betapa jantannya dia, karena rasa sayang yang teramat besar hingga dia tidak tega menyentuh wilayah paling suci bagi perempuan milik kekasihnya. Dia sangat bangga, walau ciuman dan cumbuan yang memabuk-kepayangkan, sering dia lakukan dengan Maria, dia masih dan akan selalu sanggup untuk tidak melakukan "itu".

Maria....... Kenapa kamu harus mengakui semua itu? Kenapa? Semuanya akan lebih baik andai kamu tidak mengatakannya. Mariaaaaaaaaaaaaaa...!! Dalam lamunannya Adam berteriak histeris, dan lagi-lagi matanya tak sanggup untuk menahan deraian pilu air mata yang terasa asin bila terus menetes dan terkecap lidah.

Selamat! Anda telah menikmati secuil potongan novel yang akan aku terbitkan (semoga saja) beberapa waktu mendatang (mungkin tidak sampai dua tahun dari sekarang). Selamat menikmati. Dan jangan salah tafsir!. Komentarnya selalu aku tunggu!
|
This entry was posted on 21.44 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: