Ikhlas
09.46 | Author:

Dari dulu aku tipe penyendiri, benar-benar penyendiri. Bukan berarti aku nggak bisa menikmati keramaian atau anti-sosial, tapi aku memang bisa menikmati kesendirian. Saat SMP atau SMA dulu, aku sangat senang kalau rumah kosong dan aku ditinggal sendirian. Aku akan kunci pintu, lalu setel musik keras-keras, terus aku dengerin sambil "konser" pribadi, dengan sapu sebagai gitar (konyol banget lah). Kalau sudah cape', aku akan ambil bantal, aku taruh di depan speaker, aku bersandar di bantal, nikmatin musik, lalu melamun sampai puas dengan mengikuti suasana tiap lagu yang mengalun. Yah nyaman sekali saat sendiri.
Waktu terus berjalan, begitu banyak hal yang aku alami. SMP adalah masa-masa konflik dengan bapak. SMA aku bisa memperbaiki hubungan dengan bapak, dan hubunganku dengan keluarga menjadi cukup romantis. Nggak ada yang berubah dengan aku, melamun dan berpikir sendiri adalah kebiasaan yang nggak mungkin untuk hilang dariku. Ibu sering banget jengkel, gara-gara kebiasaan (atau karakter) ku ini. Aku sering sebelum mandi sore, pasti melamun dulu di serambi rumah sekitar satu jam. Setelah puas melamun, baru mandi, dan setelah mandi, aku melamun lagi di beranda, dengan ditemani teh panas. Yah, itulah kebiasaanku.
Kalau boleh jujur, dalam proses "meditasi"ku itu, aku cuma membayangkan tentang semua hal-hal ideal dalam hidup yang ingin aku capai dalam hidup ini. Cuma itu, nggak ada yang lain. Memang, hal-hal ideal itu selalu berubah. Salah satunya yang selalu berubah adalah pengin jadi apa aku kelak. Dulu saat SMP, aku begitu terobsesi menjadi gitaris band heavy metal. Namun, setelah dibelikan gitar, dan merasakan betapa susahnya belajar gitar otodidak, mimpi itu layu.
Dan sekarang, setelah kuliah, dan karena aku kuliah ekonomi, mimpiku adalah menjadi enterpreneur (pengusaha) yang sukses. Yah, selalu berubah, tapi aku selalu yakin dengan semua mimpiku.
Selain tentang menjadi apa, dalam meditasi-meditasiku itu, aku juga membayangkan hal-hal ideal tentang masalah sosial. Cewe yang ideal, istri yang ideal, sahabat yang ideal, menjadi pacar atau suami yang ideal, semua yang ideal-ideal lah.
Namun, setelah semua yang aku alami, nampaknya hal-hal sosial yang ideal yang aku bayangkan begitu banyak yang diluar dugaan. Kesimpulanku satu : Manusia tidak bisa diprediksi, jadi jangan menilai atau berharap terlalu cepat pada manusia, termasuk diri sendiri.
Aku ingin sekali mengulang waktu, dan memperbaiki hubungan-hubunganku dengan semua orang dalam hidupku. Aku banyak melakukan kesalahan, dan aku sangat menyadarinya. Dari situ aku sadar, bahkan bayangan diriku yang ideal-pun tidak sesuai dengan bayanganku dulu, semua serba apa adanya, seperti mengalir.
Mengulang waktu? Mungkin saja! Tentu bukan seperti dalam kartun Doraemon, mengulang waktu yang kumaksud adalah aku ingin sekali bertemu dengan semua orang dalam masa laluku, berbicara dengan mereka, berdiskusi, membahas masa lalu bersama, menjelaskan semua dengan gamblang, agar tidak terjadi salah paham, dan saling maaf-memaafkan kalau ada salah.
Kadang, aku sering benci dengan diri sendiri, kadang juga aku sering kecewa dengan orang lain. Namun, semakin hari semakin kusadari, semua itu hanya akan membuang-buang tenaga dan waktu. Kini, aku mencoba untuk ikhlas. Ikhlas dengan semuanya, segala hal, baik-dan-buruk. Walau sudah klise, tapi kini aku meyakini, bahwa setiap apapun yang terjadi dalam hidup kita, adalah pelajaran yang sangat berharga. Aku sangat menyadari hal itu sekarang.
Ikhlas, aku ikhlas dengan semuanya, karena semua yang ada dalam hidupku, adalah yang terbaik.
Keep smile... :-)
|
This entry was posted on 09.46 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 komentar: