Kangen
17.15 | Author:


Kemarin aku jalan dari kampus, dan ditengah jalan aku ketemu dengan seekor kucing yang sangat menggemaskan. Warna abu-abu kecoklatan (kalau dalam bahasa Jawa belirik) dengan bagian dada ke bawah putih. Jelas sekali kalau kucing itu adalah kucing yang sangar terawat, walau cuma varietas kucing kampung ( dalam bahasa latin felicatus domesticatus). Aku pun nggak tahan dan segera kubopong (kutimang-timang), dan sangat manja dan juga lulut (penurut).
Seketika itu juga aku teringat almarhum kucingku yang mati sekitar semester 3 yang lalu. Kalau aku teringat kucingku, sungguh sangat menyedihkan. Kucingku adalah sahabat terbaikku, yang dengan susah payah dan penuh kasih sayang aku rawat semenjak kelas 2 SMP, dan menemaniku hampir sampai 7 tahun. Yang tragis adalah, seolah-olah kematiannya adalah karena aku. Gara-gara aku kuliah dan harus meninggalkan rumah, tidak ada lagi orang rumah yang mau merawat kucingku setelaten dan setekun aku. Dan yang paling membuatku sedih, dulu pas masih hidup, dan pas aku pulang kampung, katanya orang rumah sering lupa memberi makan kucingku itu, aku makin merasa amat sangat bersalah. Sungguh, kucingku itu benar-benar kuanggap seperti adiku sendiri.

Begitu banyak kenangan-kenangan yang tak terlupakan dengan kucingku itu. Yang paling ngangeni adalah suara dengkuran manjanya saat ngrungkel tidur seranjang denganku. Cerita lucu yang tak pernah terlupakan adalah, dulu kucingku pernah mencuri ikan asin satu plastik kresek penuh, aku ngak tau darimana. Nah, kucingku itu cuma mbawa pulang tu ikan asin satu kresek, dan nggak dimakan, rupanya susah mbuka plastik yang diikat rapat. Saat kubuka, ya ampuun, ikan asin satu plastik, punya siapa ini? Mau tak kembalikan nggak tau punya siapa. Akhirnya tak kasih ke ibu, dan sama beliau digoreng, dan konyolnya aku jadi ikut makan ikan asin hasil curian kucingku itu, hahaha, lucu sekali kalau ingat.

Dulu aku juga begitu rajin memandikan kucingku, setiap akhir pekan, aku ke pasar buat beli ikan pindhang atau tongkol buat menu makan kucingku. Walau begitu aku nggak pernah mengandangkan kucingku, aku biarkan saja dia berkeliaran, dan sering juga kucingku itu pulang dengan tangkapan tikus.

Yang paling konyol, aku sering sekali curhat dengan kucingku itu. Ya, dulu aku benar-benar bingung kalau pengin curhat. Dengan orangtua, nggak banget. Dengan kakak, diceramahi. Dengan teman, sok tau. Akhirnya kucingku-lah tempat curhat, ya tentu saja curhatnya dikamar dan pintu tak kunci, ntar malah dikira gila ngomong sama kucing.

Yah, begitulah, sekarang aku sedang kangen-kangennya sama kucing. Salah satu sebab mungkin karena aku abis break, jadi seakan dunia jadi sepi banget. Aku benar-benar pengin kembali ke masa-masa indah dengan kucingku itu (daripada mengenang x-ku, mending mengenang kucingku). Oh iya, salah satu "beda" antara aku dengan x-ku adalah dia nggak suka kucing, bahkan dia jijik dengan kucing. Yah, jadi sedih juga sich. Semoga saja "soulmate"ku berikutnya sama-sama pecinta kucing kayak aku.

Aku cuma bisa berdoa, semoga arwah kucingku diterima si sisi Allah Swt. Semoga semua amal perbuatannya diterima, dan semua khilafnya diampuni (ck ck ck ck).

Keep smile..
This entry was posted on 17.15 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

1 komentar:

On 8 Mei 2008 pukul 19.58 , Anonim mengatakan...

dari penampakannya ga keliatan kalo kamu pecinta kucing.. penampilan preman, hati tweety.. wkwkwkwk..

aku sayang kucing, tapi tiap kali dideketin kucing aku malah lari, habis takut dicakar siy.. knapa ya?

aku doain semoga alm kucingmu masuk surga..