Cinta & Nafsu
01.39 | Author:
Aku kaget, tapi juga nggak heran, kemarin aku dapet kabar, salah satu temenku ada yang hamil. Kaget aja, tapi aku nggak heran. Kenapa nggak heran? Yach, kayaknya behavior pacaran jaman sekarang emang kayak gitu, pasti nyrempet-nyrempet ke situ lah. Minimal-minimalnya french kiss pasti jadi ritual wajib buat "menumpahkan rasa".
Dulu, salah satu temen sepermainanku kecil pulang mudik dari Jakarta, dan apa yang dicurhatkan ke aku? Yups, dia cerita pengalamannya 'pacaran' ma cewe di sana, dan ya seperti itu, emang kayaknya udah lazim banget pacaran sekarang itu pendekatannya "fisik" banget.

Pertanyaannya, salahkah? Sangat relatif. Kalau kita pakai scanner nilai-nilai agama, ya pasti hasilnya adalah salah dan engga' banget. Tapi kalau kita pake pendekatan yang lebih manusiawi, mungkin semua itu bisa lebih diterima.

Kalo kata para ilmuwan (sosiolog, antropolog, ekonom, dan ahli psikologi juga tentu), dampak globalisasi telah merambah dan merasuk begitu dalam ke tulang sumsum kehidupan manusia di seluruh dunia (termasuk generasi mudanya). Globaliasi juga telah seolah-olah menyatukan semua pola dan perilaku hidup serta budaya yang ada didunia, walau tentu aja nggak jadi satu--tu.
Nah, termasuk tuh, nilai-nilai tentang hubungan lintas seks, antara pria-wanita, laki-perempuan, cewe-cowo. Akibat globalisasi, nilai-nilai tentang pola hubungan lintas seks menjadi tercampur baur, dan negara-negara maju yang sekuler, akhirnya emang jadi panutan dalam hal tersebut. Begitu pun yang terjadi di Indonesia.

Kalau aku sendiri sih, sungguh aku sama sekali nggak munafik, kalau udah berdekatan sama mahluk yang bernama cewe' (dan dia miliku), dan cuma berdua di tempat yang sepi, aku nggak bakal kuat dengan yang namanya mempertahankan "iman". Yach, seperti yang aku ungkapkan di atas, minimal-minimalnya pasti terjadi "perang", "perang mulut".

Kalo menurutku sih, solusi yang paling tepat adalah, jangan pernah pacaran n berdua-duaan di tempat sepi. Karena kalau kita sudah berdua sama pacar kita, dan sepi, pasti aura yang muncul emang aura "itu" yang sangat kuat, kuat sekali. Dan disaat seperti itu, mana cinta mana nafsu jadi nggak jelas sama sekali. Cinta ya nafsu, nafsu ya cinta.

Bagaimanapun, udah terjadi atau belum, yang namanya hubungan sex pra nikah, adalah hal yang harus disikapi dengan dewasa dan bertanggung jawab. Masalahnya bukan pada benar atau salahnya, tapi pada siapkah kita menanggung semua konsekuensi dari hubungan tersebut.

Dan,
jika kita menelusur mana yang salah, pihak cowo atau cewe?
Nggak jelas! Kalo menurutku sich dua-duanya. Cowo kan emang dari sononya, udah dicetak sama Tuhan dengan sense of sex imanigation yang cukup tinggi, dan cewe-pun sekarang udah nggak beda jauh. Apalagi dengan style pakaian cewe sekarang yang begitu "menyegarkan" mata para cowo, udah tentu makin mbuat cowo lebih "bersemangat" dalam pacaran.

Jadi?
ya itu, dewasa dan bertanggung jawab. Diskusi adalah sangat perlu, dalam artian, nggak perlu malu sama pacar mbahas kayak gituan. Dan kalau perlu, mbuat semacam MoU sama pacar, mana-mana yang boleh dilakuin, dan batasan-batasannya. Dan harus komitmen..
Dan seperti aku tulis di atas, jangan sering-sering bersepi-sepi ria, apalagi masuk kamar!


Mmmmh...
Nafsu adalah bagian dari cinta,
dan nafsu akan tetap menjadi bagian dari cinta,
selama kita bertanggung jawab dalam melilbatkan nafsu dalam percintaan kita.

Keep smile..

|
This entry was posted on 01.39 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

1 komentar:

On 7 Mei 2008 pukul 19.39 , Anonim mengatakan...

that's why i'm single.. heuhuehe..

kalo ga salah ada hadist (hwejiaaan..) yg mengatakan bahwa akan ada suatu masa ketika cinta beda tipis sama napsu.. pernah baca kah? aku lupa di mana..